Susahnya ngurus anak di LN

Pertanyaan Tante Nila ( Koenil) di comment sebelumnya,tentang bedanya mengasuh anak di LN dan ditanah air, menarik sekali dan membuat aku ingin cerita, terutama saat sekarang ini.
Tapi sebelum aku cerita panjang aku ingin ucapankan terimakasih buat teman teman yang sudah mendoakan kesembuhan mamaku. Mama sudah berangsur baik dan beliau berharap untuk segera sembuh dan bisa melakukan perjalanan mengunjungi kami.

Kedatangan mama memang sangat aku tunggu, selain buat melepas kangen, juga baik buat perkembangan anak anakku, biar mereka mengenal neneknya, kalau cuman cerita ya mereka mana paham lah.
Ketika mama datang kemarin meski cuman sebentar, ada sedikit perkembangan baik buat Michael, dia bisa lebih mandiri tidak tergantung aku melulu. Michael mulai merasa tenang dan aman untuk ditinggal dengan orang dewasa lainnya.

Orang orang yang dikenalnya saat ini masih terbatas, selain aku memang tidak suka bertandang kesana kemari, kesibukan orang orang disini juga membuat kami jarang ketemu muka.

Bedanya mengasuh anak disini ya mulai dari itu lah.
kalau di Indonesia, banyak saudara tetangga, yang secara tidak langsung ikut membentuk anak kita menjadi manusia yang sesuai dengan keadaan lingkungannya.

Kalau disini,masa sebelum mereka sekolah cuman orang dirumah saja yang bisa mereka contoh, ada baiknya, paling tidak kami bisa membatasi dan mengatur sesuai dengan apa yang kami inginkan tanpa campur tangan pihak ke3.

Nggak enaknya, ya semua diatur sendiri dari matahari terbit sampai matahari tenggelam.

Anak anak disinikan dilindungi sekali dengan LAW, apalagi mereka yang lahir dan sudah otomatic jadi warga negara sini.
Disini anak tidak boleh dipukul, yang mungkin kalau di Indonesia liat anak disuruh pulang sama orang tuanya sambil diseret-seret sudah hal yang biasa.
Disini tidak bisa begitu, anak dipukul saja bisa dilaporkan ke polisi dan anak kita diambil oleh social service untuk diasuh negara.

Ya susah juga jadinya, bagaimana kalau anaknya nakal sekali dan nggak bisa diatur.
Pemerintah disini menyarankan (ad di Media media ) untuk menjadikan anak TEMAN,Sahabat, sehingga mereka bisa kita ikuti perkembangannya.

Aku berusaha untuk menjadikan dia teman bicara, teman main, dan tidak berkurang respect sama aku dengan cara yang menurutku sesuai aku terapkan keanakku.

Karena lingkungan hidup disini yang mengharapkan anak sedini mungkin diajarkan cara mandiri, Mis: duduk di kursinya sendiri di mobil( ini diharuskan sekali), tidur sendiri di kamarnya, dan hal hal lain yang secara tidak langsung mengajarkan anak untuk tidak tergantung dengan orangtuanya, menyebabkan aku juga mendidik mereka dengan cara hidup orang sini.Tapi aku nggak mau mereka kehilangan kasih sayang masa kecilnya.
Menurut aku pribadi, biarlah saat ini mereka tidur denganku, saat malam hari,sebab selain aku bisa tahu keadaan anakku pada malam hari, dan mereka juga merasa tenang dengan adanya diriku dikamar bersama mereka.
Mungkin nanti saat Michael sudah bisa diajak komunikasi dengan baik, aku akan terapkan dia untuk tidur dikamarnya sendiri. Aku yakin pasti bisa soalnya aku kecil dulu juga begitu kok, kelas 1 SD baru aku tidur dikamar sendiri.

Untuk saat ini, aku cuman jalanin apa yang bisa aku lakukan dan tidak menentang peraturan pemerintah sini, sebab aku tidak mau disalahkan negara nantinya.
meskipun norma norma timur masih tetap aku terapkan.

untuk Koenil semoga ceritaku menjawab keingintahuannya..:),
Disini keberhasilan atau tidaknya si anak, memang semua tergantung terhadap orang tua mendidiknya, bukan karena lingkungannya,meskipun lingkungan memang mengambil peranan dalam pola hidup mereka.
Kalau nggak, mana mungkin orang orang harus susah payah cari lingkungan rumah yang baik dan aman buat anak anaknya.
Dan biasanya yang lingkungan baik dan aman, harga rumah sekitarnya juga jadi lebih mahal.